(dari kiri ke kanan) Lead Economist TIS Intelligence Henry BL Toruan, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat, CEO Insider Network Linda Silaen, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik, Peneliti Senior Bidang Ekonomi BEI Poltak Hotradero, memencet screen menandai pelucuran portal berita The insider stories.
Wartapena, JAKARTA – Indonesia adalah peluang. Sebagai sebuah ekonomi yang terus berkemang, makin banyak peluang bisnis dan investasi akan terbuka di negara dengan jumlah penduduk 252 juta ini, sebuah negara dengan terbesar di Asia Tenggara. Sebagai konsekuensi, informasi yang terpercaya dan terbaru dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, baik global maupun lokal.
Melihat kondisi ini, Insider Network didirikan untuk memberikan layanan informasi dan data yang terintegrasi kepada investor dan komunitas bisnis secara umum, tentang kemajuan dan informasi yang mendalam tentang perekonomian Indonesia.
Insider Network mengoperasikan sebuah portal berita The Insider Stories (wwww.theinsiderstories.com) dan TIS Intelligence, sebuah unit layanan baru dari Insider Network, yang menyajikan riset yang terbaru. Saat ini, Insider Network, juga memiliki layanan pendukung, yakni TIS Events, yang menyelenggarakan seminar dan konferensi secara regular dan TIS Komunikasi.
“Kami secara prinsip adalah jembatan yang menghubungkan investor, komunitas bisnis dan pembuat kebjakan (pemerintah). Kami juga aktif di lintas sektor, terutama digital dan events (seminar dan konferensi),” ujar Linda Silaen, pendiri Insider network saat peluncuran The Insider Stories dan TIS Intelligence hari Rabu (16/01).
Bersamaan dengan acara pelncuruan tersebut, Insider Network menyelenggarakan Seminar dengan tema, “Indonesia Outlook: How We Strive in Sharing Economy Era”, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara memberikan Keynote Speech pada saat peluncuran The Insider Stories dan TIS Intelligence. Acara peluncuran tersebut juga dihadiri oleh Wakil Kepala Badan Kreatif Nasional (BeKraf) Ricky Pesik, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat, dan Lead Economist TIS Intelligence, Henry BL Toruan.
Bisnis Model ‘Sharing Economy’ terlihat dari meingkatnya on-demand applications (aplikasi) yang mengimplementasikan itu dan menyebabkan disruption. Sharing economy adalah sebuah istilah dengan berbagai macam makna, seperti open source, online collaboration, file sharing, peer-to-peer transaciton dan lain-lain.
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara mengatakan Sharing Economy bertumbuh di sektor economi dimana masih terjadi ketidakefisienan. Masyarakat akan memanfaatkan model bisnis sharing economy untuk mengatasi ketidakefisienan”
Di Indonesia, banyak perusahaan teknology yang telah mengadopsi model bisnis ini, awalnya popular di sektor transportasi, seperti Go-Jek, Uber dan Airbnb, yang kini telah menjadi popular.
“Sebagai contoh AirBnB – (yang berupaya menghubungkan pihak yang membutuhkan akomodasi dengan pihak yang berusaha menyewakan tempatnya). Di Indonesia, kita juga punya platform serupa seperti Airyroom, dll. Platform-platform ini memberikan solusi,” ujarnya di seminar “Indonesia Outlook: How W Strive in Sharing Economy Era? di gedung Bursa Efek Indonesia hari Rabu, 17 Januari 2018.
Dari perspektif ekonomi, sharing economy atau collaborative consumption adalah sebuah proses mengoptimalisasi sumber daya melalui sebuah sistem teknologi, ujar Henry BL Toruan, ekonom dari TIS Intelligence.