Jakarta, Wartapena. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SI) mencatat kinerja yang memuaskan di awal tahun ini.Hingga kuartal I/2014, SI memimpin penguasaan pasar (market share) semen nasional sebesar 43,8% dengan mencatat penjualan sebesar 6,2 juta ton, meningkat 3,5% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,9 juta ton. Dari sisi pendapatan sebesar Rp 6,2 triliun, meningkat 11,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,5 triliun. Laba bersih sebesar Rp1,3 triliun atau tumbuh 5,3% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,2 triliun.
Catatan moncer lainnya, EBITDA mencapai Rp1,95 triliun, meningkat periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,86 triliun. EBITDA margin sebesar 31,61%. Adapun net income margin sebesar 21,1%, menunjukkan konsistensi Perseroan dalam menciptakan profitabilitas optimal di tengah makin ketatnya kompetisi dan kenaikan beban usaha. Perseroan juga mencatat, return on assets masih cukup tinggi, yaitu sebesar 17,4 persen, menunjukkan kemampuan dalam menjaga profitabilitas.
Keterangan Foto (kiri ke kanan): Johan Samudra (Dir Pengembangan Usaha dan Strategi Bisnis PT Semen Indonesia), Unggul Attas (Dirut PT Semen Tonasa), Ahyanizzaman (Dir Keuangan PT Semen Indonesia), Dwi Soetjipto (Dirut PT Semen Indonesia), dan Agung WIharto (Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia)
Untuk mewujudkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, Grup Semen Indonesia yang terdiri dari Semen Padang, Semen Tonasa, Semen Gresik, dan Thang Long Cement Vietnam telah menyiapkan strategi terpadu untuk memperkuat kinerjanya. ”Dengan sejumlah strategi yang telah dan akan dijalankan, kami ingin memastikan percepatan pertumbuhan bisnis keberlanjutan. Perseroan optimistis tetap tampil sebagai market leader di industri semen nasional, bahkan mengembangkan pasar di luar negeri,” ujar Direktur Utama Semen Indonesia, Dwi Soetjipto.
Dwi menjelaskan, pasar semen ke depan akan terus bertumbuh. Dengan asumsi pertumbuhan 6% per tahun, konsumsi semen pada 2017 diprediksi akan menembus 73,55 juta ton dibanding posisi 2013 di kisaran 58 juta ton. ”Jika tak ada penambahan kapasitas, dikhawatirkan terjadi shortage semen pada masa mendatang yang akan menghambat pembangunan nasional. Dengan prospek seperti itu, industri semen menempati posisi strategis dan Perseroan mengantisipasi peluang ini dengan menerapkan perpaduan strategi mulai dari hulu sampai hilir,” imbuhnya.
Salah satu strategi utama SI, lanjut Dwi, adalah peningkatan kapasitas dengan penambahan kapasitas (upgrading) pada pabrik-pabrik yang telah beroperasi (existing plant) dan pembangunan pabrik baru. Saat ini Perseroan tengah membangun pabrik baru di Jawa Tengah dan Sumatera Barat yang masing-masing berkapasitas 3 juta ton. Strategi lainnya dilakukan dengan mengakuisisi perusahaan semen maupun menjajaki potensi kemitraan melalui pembentukan perusahaan patungan (joint venture). Dengan perpaduan strategi tersebut, Perseroan menargetkan kapasitas produksi mencapai 40,8 juta ton pada 2017.
SI juga menggelorakan inovasi yang dapat meningkatkan efisiensi, termasuk pengamanan kebutuhan energi dengan melakukan kontrak jangka panjang batubara dan pengelolaan lahan tambang batubara secara mandiri melalui anak Perusahaan PT SGG Energi Prima. ”Di setiap pabrik baru akan dilengkapi dengan power plant, sehingga bisa efisien dan dapat menekan biaya energi. Misalnya, di Pabrik Tonasa V di Sulawesi Selatan yang dilengkapi dengan power plant 2 x 35 MW, pembangkit listrik terbesar yang pernah dibangun terintegrasi dengan industri semen,” jelas Dwi Soetjipto.
Dwi juga menambahkan, pihaknya menyelaraskan penerapan strategi pengembangan jangka panjang ke dalam kegiatan jangka pendek melalui empat fokus pengelolan strategi, yaitu revenue management, cost management, capacity management, dan increasing competitive advantage; untuk mendukung percepatan pertumbuhan.Ke depan, dengan strategi dan kebijakan finansial serta struktur modal yang terukur, masih menurut Dwi, pihaknya yakin bisa menyeimbangkan antara kebutuhan ekspansi untuk memenuhi kebutuhan pasar semen dan arus kas yang tetap sehat. ”Kebijakan keuangan itu dipadu dengan strategi peningkatan kapasitas produksi, perluasan jaringan, inovasi produk, dan efisiensi untuk menjaga tingkat marjin yang maksimal, sehingga Perseroan akan semakin berkembang menjadi perusahaan persemenan terkemuka di tingkat regional,” tukasnya. (*)